Rabu, 18 Januari 2023

PENGARUH EQ TENAGA KERJA DI TOKO ONLINE ATR OFFICIAL SHOP DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

 MAKALAH BIMBINGAN MENULIS

“ PENGARUH EQ TENAGA KERJA DI TOKO ONLINE ATR OFFICIAL SHOP DALAM KONTEKS PENDIDIKAN “














Disusun Oleh :

Jilly Miranda Moniaga

20220701343


Fakultas Psikologi

Universitas Esa Unggul

TAHUN 2022/2023

I. PENDAHULUAN

Dalam bekerja, belajar, bahkan membaca buku pun merupakan suatu aktivitas yang di lakukan dengan di iringi oleh emosi. Dalam bertindak, emosi sudah pasti menjadi komponen yang sangat berpengaruh. Emosi yang di rasakan akan mempengaruhi individu untuk melakukan apapun yang sesuai dengan kondisi emosi saat itu. Setiap orang yang kita temui ini tentunya memiliki kapasitas kecerdasan yang berbeda–beda baik kecerdasan intelektual (IQ) maupun kecerdasan emosional yang lebih kita kenal dengan Emotional Intelegence. Kecerdasan emosi menurut Goleman (2007) adalah merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, motivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain. 


II. KAJIAN PUSTAKA

- Emosi adalah sesuatu yang kompleks yang menciptakan kesiapan untuk bertindak (Hilgard,2009).

- Dalam suatu penelitian di katakana bahwa Wanita berbeda dengan pria dalam hal sensitivitas tentang emosi, wanita cenderung lebih peka atau sensitif dalam hal mengekspresikan emosi, serta emosi wanita cenderung lebih mudah tersentuh dalam berbagai hal (Hilgard, 2009)

- Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektual), akan tetapi kecerdasan intelektual ternyata belum cukup untuk menjamin ketepatan keputusan, sehingga dewasa ini orang mulai membicarakan tentang kecerdasan lain yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (Mubarok 2001)

- Teori multiple intelligences menyatakan bahwa kecerdasan manusia meliputi sembilan kemampuan intelektual, antaralain: kecerdasan verbal linguistik, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musical ritmis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan jasmani kinestetik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial spiritual (Yaumi 2012)

- Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Utamanya EQ-lah yang memberi kesadaran, yakni kesadaran diri yang merupakan kemampuan emosi paling penting untuk melatih swakontrol. EQ menjadikan seseorang mampu mengenali, berempati, mencinta, termotivasi, berasosiasi, dan dapat menyambut kesedihan dan secara tepat (Sulistami 2006)

- Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa wanita berbeda dengan pria dalam hal sensitivitas tentang emosi, wanita cenderung lebih peka atau sensitif dalam hal mengekspresikan emosi, serta emosi wanita cenderung lebih mudah tersentuh dalam berbagai hal (Hilgard, 2009). 

- Samuel Mc Garious memberikan indikator kematangan emosional adalah sejauh individu mampu menerima kenyataan yang berkaitan dengan kemampuan dan potensi kepribadiannya, sejauh individu mampu menikmati hubungan-hubungan sosialnya baik didalam maupun diluar keluarga, mampu bersikap positif terhadap kehidupan, sanggup menghadapi situasi yang tidak diperkirakan, berani dan mampu mengemban tanggung jawab, teguh dan konsisten, mampu mewujudkan keseimbangan dan keharmonisan di antara berbagai tuntutan kebutuhan dan motivasi kehidupan, memiliki perhatian seimbang terhadap berbagai macam kegiatan intelektual, kerja, hiburan, dan sosial, memiliki pandangan yang kuat dan integral (Najati 2006).

- Gardner mengisyaratkan bahwa kemungkinan masih lebih banyak lagi kecerdasan yang dapat ditemukan, dengan demikian jenis multiple intelligences dapat disusun ulang dan ditambahkan (Jasmine 2012)


III. PEMBAHASAN

Cerdas secara intektual sesuai dengan latar belakang pendidikan dan bidang pekerjaan yang digeluti membuat individu tersebut cakap dalam melaksanakan jobdesknya sebagai karyawan atau wati. Namun dunia kerja tidak sebatas hanya tentang individu dan jobdesk atau tanggung jawab pekerjaan saja, tetapi penuh dengan interaksi sosial dengan divisi-divisi ataupun pimpinan, disinilah peran kecerdasaan emosional setiap individu diuji. Cerdas secara emosional akan membuat diri seseorang mampu menerima, menilai, dan  mengelola emosi diri terhadap sekitar. Kecerdasan emosional mempengaruhi performa seseorang di tempat kerja.

Tanda seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik adalah individu tersebut mampu memahami perasaan yang ada dalam dirinya, mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi ketidaknyamanan dalam bekerja, bereaksi sewajarnya apabila menghadapi konflik maupun perbedaan pendapat, mampu bekerja sama dalam tim dan memiliki jiwa mentor yang baik. Sikap asertif juga merupakan tanda yang dimiliki oleh individu yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, dimana individu tersebut mampu berkomunikasi dengan tegas dan lugas tanpa menyakiti orang lain. Tidak dapat dibayangkan apabila dalam suatu tempat kerja ataupun organisasi hanya mengandalkan kemampuan intelektual dan mengesampingkan kemampuan mengelola emosi. Pastinya akan terjadi berbagai konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan metode ilmiah atau keilmuan. Salah satu contoh yang terjadi di tempat kerja (toko ATR) dimana pihak pemilik toko memutuskan untuk menerima 2 orang karyawan yang berbeda dengan latar pendidikan, pengalaman kerja, serta usia. A adalah wanita memiliki gelar Sarjana di salah satu universitas di Jakarta dengan IPK 3,3. Usia 28 tahun, dengan pengalaman kerja sebagai seorang karyawan kantor swasta selama 1 (satu) tahun. B adalah wanita memiliki pendidikan setingkat SMA sekolah swasta di Jawa Tengah dengan nilai yang cukup baik. Usia 23 tahun, dengan pengalaman kerja 2,5 (dua setengah) tahun sebagai kurir kantor (mengantar surat ke berbagai Bank) di daerah Purwokerto. Dari hasil pengamatan dan delegasi tugas yang diberikan A mampu menyelesaikan tugas dengan cakap dan hasil yang memuaskan, namun ketika menghadapi konflik atau tekanan dari lingkungan kerja A tidak mampu mengontrol emosi, berkata kasar dalam menyelesaikan konflik sehingga menimbulkan emosi negatif pada lingkungan sekitar, seperti dalam penelitian (Pratiwi, 2018) pemberian stimulus yang menimbulkan emosi negatif berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh partisipan (bisa kita sebut dengan lawan bicara). Sedangkan B cenderung lebih memiliki sifat lebih kooperatif akan perbedaan serta tekanan ditempat kerja, serta menyelesaikan konflik dengan cara memaafkan diri sendiri dan orang lain yang telah beragumen ataupun berkonflik dengannya.

    Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi baik akan mampu memahami emosi yang dirasakan, mengelola emosinya dengan baik, memahami tanda emosi yang ditunjukan oleh orang lain, mampu menempatkan emosi secara tepat dalam berbagai situasi, membangun relasi sosial yang baik dengan orang lain, memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, dan mengendalikan dorongan dalam dirinya dan tidak cepat merasa puas dengan begitu seseorang akan mampu berpikir secara jernih sehingga tidak dikuasai emosi negatif dan mampu mengontrol emosinya, yang sesuai diungkapkan Golman (2007) bahwa seseorang dalam keadaan kacau akan kehilangan kemampuan berpikir jernih dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah. Setiap tindakan seseorang selalu dipengaruhi oleh emosi yang berasal dari lingkungan, lingkungan tersebut menstimulasi emosi yang timbul dan mengekspresikannya dalam bentuk tindakan (Wijaya et al.,2021).


IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pendelegasian tugas yang diberikan kepada A dan B dapat disimpulkan bahwa :

1. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi dengan pengalaman kerja yang kurang memadai belum tentu memiliki kecerdasan emosional lebih baik.

2. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan lebih rendah dengan pengalaman kerja yang cukup memiliki kecerdasan emosional yang baik. Hal ini dikarenakan lebih bisa berdamai dengan diri sendiri dan keadaan lingkungan. 

3. Perbedaan zaman atau jarak usia antara individu A dan B dapat mempengaruhi tingkatan emotional yang di miliki masing-masing jika mereka tidak mengikuti perkembangan zaman dari waktu ke waktu.


Tingkat emotional intelligence yang dimiliki seseorang bersifat stabil namun bukan berarti tidak bisa dikembangkan. Tingkat emotional intelligence dipengaruhi oleh pengalaman dalam hidup dan genetic yang dimiliki seseorang. Sehingga untuk mengubah atau mengembangkan emotional intelligence membutuhkan waktu dan usaha jangka panjang. Ada orang yang memang secara alami lebih pemarah, pemalu, merasa tidak aman sementara ada orang yang memang secara alami lebih tenang dan terampil dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun sisi positifnya adalah tidak ada perilaku yang tidak bisa diubah (Butarbutar,2020).












DAFTAR PUSTAKA


Wijaya, Ifan,. Sitasari N. W., Safitri, M. (2021). Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Agresi Mahasiswa Jakarta. JCA Psikologi, Volume 2 Nomor 2 April – Juni 2021. Diambil dari website : https://jca.esaunggul.ac.id/index.php/jpsy/article/view/150


Pratiwi, N. P. (2018). Pengaruh Emosi terhadap Pemilihan Kata pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas X. Jurnal Psikologi Vol. 16, (2). Diambil dari website : https://jpsikologi.esaunggul.ac.id/index.php/JPSI/article/view/6


Butarbutar, F. (2020).Bagaimana meningkatkan emotional intelligence. Jurnal Psikologi Universitas HKBP Nommensen. Diambil dari website : https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/psikologi/article/view/142


Golemand, D. (2007). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


Psikologis, S. P., Amelia, R., Saputro, A. I., Purwanti, E., Dan, S. Q., Intelligences, M., Qur, A.-, Kesimpulan, M. I., & Islam, P. (n.d.). DALAM KONSEP PENDIDIKAN ISLAM Abstract : Islamic education is actually an educational process in which it touches various kinds of moral , spiritual , and intelligence values of students . This article aims to examine the education . This study uses a qua. 34–43. Diambil dari website : https://ejurnal-stitpringsewu.ac.id/index.php/jmpi/article/view/232/166