- PENCEGAHAN AIDS :Pada prinsipnya, pencegahan dapat
dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan
AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa
dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain
adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan
jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor
darah.Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A
adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya
berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika
memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat
pencegahan dengan menggunakan kondom.
- PREDIKSI YANG AKAN DATANG : Tahun 2000,
diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta
orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia
Selatan dan Tenggara.Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah
kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari
100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa
juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.Penurunan
kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah
pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja.
Penurunan infeksi HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa
dini dan pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS).
Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai
insidens HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika
memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga
mengurangi infectivity.
- TAHAPAN PANDEMI AIDS :Pada
awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay).
Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka
infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti
pasangan.Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur
dan pelanggannya.Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri
dari pelanggan pelacur.
Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.
- KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV :Wanita lebih
rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor
sosiologis-gender.Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur
panggul wanita dalam posisi “menampung”, dan alat reproduksi wanita
sifatnya “masuk kedalam” dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol
keluar”. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa
diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya
virus HIV.Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat
halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual.
Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.
Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial
wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam
keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan
kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai
strategi survival.
Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan
ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa
memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan.
Kaum wanita yang hanya terbiasa dengan pekerjaan pertanian akhirnya
tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan
jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual
(termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS.
Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang
berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita
tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian
besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan
akhirnya tertular oleh HIV.
- SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA :Sampai dengan bulan
September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan
kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita
sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%.
Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian
Jaya dan Riau.Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan
resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat
keterbatasan dari sistem surveilance perangkat kesehatan
kita.Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan
fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil
dibandingkan jumlah sesungguhnya.
Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada
kelompok-kelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga
sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum
ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap
secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan
kelompok usia produktif.
Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan
menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola
epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada
kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia
akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk
bersaing di pasar global).
- Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak
memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat
kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena
virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan
tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang
berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji
Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan
aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit
HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga
wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central
yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan
virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan
kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak)
serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).